Tim Coacing: Ir Aleks Oli'I, M.Sc, Hartono Hadjarati, Ramdhan Abdilla »

Jumat, 26 Desember 2008

Selamat Natal dan Tahun Baru 2009

Segenap Pengurus dan Karateka Wadokai Provinsi Gorontalo mengucapkan "Selamat Natal dan Tahun Baru 2009" dan Tak Lupa kami Mengucapkan Selamat kepada Puspita Triana Gustin peraih medali emas Kumite Bebas Putri, dari Perguruan Wadokai, Kejurnas Karate Piala Kasad IX/2008. (Sekretaris Umum Hartono Hadjarati, M.Pd)

Rabu, 24 Desember 2008

Pembukaan Ranting Baru

Menutup tahun 2008, pengurus Wadoaki Gorontalo terus melakukan pengembangan Ranting-ranting baru walaupun dalam keterbatasan pelatih wadokai itu sendiri, dalam pembukaan ranting baru ini wadokai Gorontalo ketambahan anggota 500 orang (anggota saat ini lagi di verifikasi). Ir Aleks OliI, M.Sc yang juga selaku ketua harian mengharapkan dari gerakan sosialisasi sekaligus pengembangan olaharaga karate di Gorontalo dan diharapkan dari sekian anggota baru ini akan lahir karate-karate handal provinsi Gorontalo. yang akan membawa nama baik perguruan Wadokai. saat ini menurut Hartono Hadjarati, M.Pd, Selaku sekretaris Umum Wadokai Gorontalo juga selain pembukaan ranting baru juga membenahi pengurus-pengurus baik provinsi maupun kabupaten/ kota agar Wadokai Gorontalo lebih kuat.


Situasi Pembukaan Ranting Baru masyarakat sangat antusias melihat karateka latihan


karateka baru belum mengunakan Degi (baju Karate), diharapkan dari mereka lahir karateka-karateka handal

Senin, 08 Desember 2008

Pelatihan Pelatih dan Wasit Wadokai

Pengurus Wadokai Provinsi Gorontalo, Mengadakan Pelatihan Pelatih dan Wasit di lingkungan perguruan Wadokai se Gorontalo, pada Tanggal 6-7 Desember 2008 bertempat di Dojo Center Wadokai Gorontalo jln Alieoseoboe kota Gorontalo, menurut Panitia Pelaksana Ramdhan Abdilah yang juga salah satu Pelatihan dan wasit Nasional dari Gorontalo yang berasal dari perguruan wadokai Gorontalo, bahwa pelaksanaan ini untuk mencari kader-kader yang ingin dijadikan sebagai pelatih untuk dapat mempertahankan eksistensi dari perguruan Wadokai di Gorontalo dan mencari bibit-bibit pelatihan karate untuk provinsi Gorontalo, yang saat ini wadokai sangat kekurangan pelatih untuk dapat menjalankan program pelatihan yang ada diranting-ranting, baik disekolah-sekolah yang karate di jadikan sebagai olahraga Ekstrakulikuler. inilah yang memacu pengurus untuk mengadakan pelatihan ini. sebagai pematerinya yakni Letnan II Basran (danyon 7313 Gorontalo, (Dan III) materi Kihon, Hartono Hadjarati, M.Pd (Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, UNG) materi Dasar2 Kepelatihan Olahraga dan pembuatan Program Latihan, Ariyanto Napu M.Kes (Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo) Materi Gizi. Ir Aleks OliI M.Sc juga selaku ketua Harian wadokai Provinsi Gorontalo, memberikan Materi : cara melatih Kumite dan kata Wadokai

Selasa, 28 Oktober 2008

Berita Duka

OSH

INNALLILAHI WAINNAILLAYIHIRAJIUN

Segenap pengurus dan anggota Wadokai Provinsi Gorontalo mengucapkan turut duka cita atas meninggalnya 2 putra terbaik Wadokai Gorontalo, Yakni Purn Kolonel Nurdin Monoarfa(Ketua Umum Wadokai Provinsi Gorontalo Periode 2006-2009 dan Arif Sidiki (Karate terbaik Gorontalo) yang masih duduk di bangku SMP.

semoga amal ibdahnya diterima di sisi Allah SWT. Amein

Jumat, 09 Mei 2008

Nasional Mae Cup

Wadokai Gorontalo, mengirim atlet karatenya ke juaraan Nasional Mae Cup, ke ikutsertaan Karateka wadokai ini, adalah untuk memberikan kesempatan bertanding sekaligus sebagai uji coba atlet muda hasil binaan Wadokai selama ini. Sedangkan atlet Wadokai ini sebagai binaan yang akan disiapkan PON berikut, karena umur mereka masih 16-17 tahun, atlet yang dikirim antara lain Joro, Yakup Kamaru yang didampingi oleh Ir Aleks Olii, sedangkan atlet andalan wadokai yang lolos PON ke kalimatan Fenty Gude juga ikut tapi dia akan membawah nama Forki Gorontalo, dan sebagai ajang try out

Sabtu, 22 Maret 2008

Rakornas Bidang Pembinaan dan Prestasi

PEMBINAAN ATLIT KARATE USIA DINI

Untuk meningkatkan prestasi olahraga Karate baik ditingkat nasional, maupun internasional, diperlukan pembinaan atlit karate usia dini mulai dari tingkat ranting (kecamatan), cabang (kabupaten/kota), provinsi , yang berakhir seleksinya ditingkat nasional melalui kompetesi usia dini sampai dengan Kejuaraan Nasional Karate. Ketua Umum PB Forki Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) PB Forki, Sabtu 1 Maret 2008 di Gedung Direksi Yayasan Gelora Bung Karno – Jakarta.

Luhut mengatakan, kompetisi Karate dalam Pekan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional SD, SMP, dan SMA yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan KONI Pusat dan PB Forki, akan dilaksanakan pada tanggal, 10 s/d 16 Agustus 2008 di Jakarta.
Pengurus Provinsi Forki dan Peguruan karate dapat menyiapkan para pelatih dan atlitnya yang mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA di semua kecamatan di seluruh Indonesia.” Tegas Ketua Umum PB Forki.
Sekjen PB Forki Hendardji Soepandji dalam paparanya mengatakan, sasaran jangka pendek dengan diselenggarakan kompetisi Karate Pelajar Tingkat Nasional (SD,SMP, dan SMA), yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan PB Forki adalah: permasalahan olahraga pada pelajar usia dini dan remaja lewat kompetisi nasional dalam rangka meningkatkan kualitas SDM yang sehat, cerdas, kreatif, berahklak, mandiri Dan berdaya saing.
Rakornas yang dihadiri wakil Binpres Pengurus Provinsi (Pengprov) Forki se Indonesia, lebih lanjut Sekjen PB Forki mengatakan, sasaran jangka panjang kompetisi Pelajar Tingkat Nasional: Peningkatan prestasi olahraga melalui pembibitan untuk menunjang prestasi guna memperoleh atlet dalam menghadapi SEA Games 2011 untuk mempertahankan martabat dan kehormatan bangsa (Juara Umum setiap SEA Games setelah tahun 2011).

Sementara itu Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Forki Madju Dharyanto Hutapea mengatakan, menghadapi Kompetisi Karate Pelajar Tingkat Nasional 2008, Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Forki akan menyelenggarakan Sertifikasi Pelatih Karate Tingkat Pratama serempak di seluruh Indonesia dengan model mobille team training (MTT), dan mengirim tiga tim yang telah ditunjuk PB Forki untuk memberikan penataran dan pelatihan.
“PB Forki memandang perlu adanya wujud nyata pembinaan Karate yang berjenjang dan berkesinambungan dari usia dini. Memberikan wawasan yang luas dan merata kepada seluruh pelatih Karate tingkat pratama, sebagai bentuk standarisasi nasional yang diberlakukan oleh PB Forki.” Tegas Madju.

Intan Ahmad Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan mengatakan, untuk memotivasi anak-anak Ikut olah raga karate diperlukan kegembiraan (fun), meningkatkan keterampilan, teman baru, anggota suatu perkumpulan, dan kebugaran.
Intan menambahkan, anak-anak berhenti berolah raga karena: tekanan (pressure), tidak cukup aktivitas (membosankan), terlalu memberikan penekanan pada kemenangan, tidak gembira (no fun), pelatih tidak baik.
”Untuk memberikan pemahaman karakter usia dini, orang tua, pelatih dan anak diperlukan komunikasi pelatih dan orang tua. Kemudian orang tua bertanggung jawab terhadap hak anak, monitoring, percaya kepada pelatih, serta memberikan dukungan”. Ungkap Ketua Bidang Litbang Forki.
Sumber : PB FORKI (Fsaidi)

Selayang Pandang

Pada tanggal 5 Pebruari 2005 perguruaan/dojo Wadokai Gorontalo berdiri, yang di dirikan oleh Sensei Aleks Oli’I. sejak Aleks Oli’I membina karate di kota Gorontalo membuat karate di Provinsi Gorontalo bangkit, pembinaan karate meningkat dengan cepat, ini karena dalam membina karate sensei Aleks Oli’I, merangkul semua tokoh karate dengan Aliran/Perguruaan/Dojo yang berbeda. Ini untuk menghindari gesekan antara perguruan supaya terjadi kerjasama untuk dapat menghasilkan karateka daerah yang handal. Dojo Wadokai berpusat di jalan Aleoi Saboe, tepatnya di tempat Rumah Sensei Aleks Oli’I.

Program pembinaan karate di dojo Wadokai Provinsi Gorontalo adalah dengan merangkul semua lapisan masyarakat terutama anak-anak sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruaan Tinggi. Kemudian latihan bersama di dojo dan mengelar latihan bersama di tempat – tempat umum, kegiatan ini dilakukan tiap hari minggu pagi, ini sebagai strategis pembinaan Dojo wadokai supaya tercipta hubungan yang baik dengan pengurus, pelatih, atlet, dan orang tua/masyarakat.

Strategis ini membuat dojo Wadokai Provinsi Gorontalo, di minati banyak orang untuk latihan, ini sesuai dengan pengakuan pengurus sekaligus pelatih di dojo Wadokai, bahwa mereka kewalahan menerima pendaftaran yang datang dari berbagai lapisan masyarakat, perorangan maupun kelompok untuk meminta pengurus Wadokai supaya dapat melatih anaknya maupun murid-murid sekolah.

Gambar Karateka sedang latihan jurus (kata)


Gambar Pelatih Wadokai memberikan sambutan depan Karateka saat latihan bersama (Gashuku)

Gambar Karateka Wadokai mengelar latihan bersama di tempat Umum


Gambar Para pelatih Dojo Wadokai

Memberdayakan Olahraga Nasional

Memberdayakan Olah Raga Nasional*
Oleh Hartono Hadjarati**

Pendahuluan


Dalam kehidupan modern olahraga telah menjadi tuntutan dan kebutuhan hidup agar lebih sejahtera. Olahraga semakin diperlukan oleh manusia dalam kehidupan yang semakin kompleks dan serba otomalis, agar manusia dapat mempertahankan eksistensinya terhindar dari berbagai gangguan atau disfungsi sebagai akibat penyakit kekurangan gerak (Hypo Kinesis Desease). Olahraga yang dilakukan dengan tepat dan benar akan menjadi faktor penting yang sangat mendukung untuk pengembangan potensi dini. Kesehatan, kebugaran jasmani dan sifat-sifat kepribadian yang unggul adalah faktor yang sangat menunjang untuk pengembangan potensi diri manusia, dan melalui pendidikan jasmani, rekreasi, dan olah raga yang tepat faktor-faktor tersebut dapat diperoleh. Melalui pembinaan olahraga yang sistematis, kualitas SDM dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggungjawah, disiplin, sportivitas yang tinggi yang mengandung nilai transfer bagi bidang lainnya. Berdasarkan sifat-sifat itu, pada akhirnya dapat diperoleh peningkatan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pembangunan olahraga perlu mendapat perhatian yang lebih proporsional melalui perencanaan dan pelaksanaan sistemiatis dalam pembangunan nasional.
Hakekat pembangunan olahraga nasional adalah upaya dan kegiatan pembinaan dan pengembangan olahraga yang merupakan bagian upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang utamanya ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian termasuk sifat-sifat disiplin, sportivitas dan etos kerja yang tinggi. Berdasarkan kualitas kesehatan akan tercapai peningkatan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional dan membawa nama harum bangsa. Penyelenggaraan pembangunan olahraga nasional utamanya didasarkan pada kesadaran serta tanggungjawah segenap warga negara akan hak dan kewajibannya dalam upaya untuk berpartisipasi guna peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui olahraga sebagai kebiasaan dan pola hidup, serta terbentuknya manusia dengan jasmani yang sehat, bugar, memiliki watak dan kepribadian, disiplin, sportivitas, dan dengan daya tahan yang tinggi akan dapat meningkatkan produklivitas, etos kerja dan prestasi. Pembangunan olahraga selama ini dilaksanakan lewat dua jalur. Jalur pertama adalah melalui jalur pendidikan, yang penyelengaraannya dikoordinasikan oleh Depdiknas, dan kedua adalah pembangunan olahraga lewat jalur masyarakat yang penyelengaraannya selama ini di koordinasikan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), sebagai organisasi yang mewakili unsur masyarakat. Pembangunan olahraga lewat jalur pendidikan atau sekolah dikenal dengan istilah pendidikan jasmani (physical education) ditempuh dengan cara memasukkan muatan pendidikan jasmani ke dalam satuan pelajaran pada setiap jalur dan jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi baik intra maupun ekstrakurikuler. Sedangkan pelaksanaan pembangunan olahraga lewat jalur masyarakat, ditempuh melalui serangkaian kegiatan yang serasi untuk tujuan peningkatan prestasi meliputi, pemasalan, pemanduan bakat, pembibitan calon atlet, pembinaan atlet, serta peningkatan prestasi atlet. Keseluruhan kegiatan itu membutuhkan dukungan iptek keolahragaan.Sesuai dengan Undang-Undang No 25 tahun 2000, ada empat program pemerintah yang akan dilaksanakan dalam upaya pembangunan olahraga nasional yaitu: Pertama, Program Pengembangan dan keserasian Kebijakan Olahraga; Kedua, Program Pemasyarakatan Olahraga dan Kesegaran Jasmani; Ketiga, Program Pemanduan Bakat dan Pembibitan Olahraga; Keempat, Program Peningkatan Prestasi Olahraga. Pelaksanaan program-program pembangunan tersebut dilakukan secara merata, sistematis dan terpadu untuk seluruh lapisan masyarakat di seluruh tanah air dengan menyesuaikan kondisi geografi dan budaya bangsa, serta melibatkan seluruh potensi dan kekuatan bangsa sehmgga dapat diwujudkan suatu keluarga, masyarakat, dan bangsa yang memiliki kemampuan olahraga yang tangguh, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kehidupan dan prestasi olahraga di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Permasalahan dan Tantangan
Berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan olahraga dewasa ini, secara umum dapat dikelompokkan menjadi hal utama, dalam kaitannya dengan bidang pendidikan jasmani olahraga itu sendiri. Sejalan dengan kebijakan nasional yang akan ditempuh dibidang olahraga, maka permasalahan akan dirumuskan dalam kaitannya dengan empat (4) tema utama program pembangunan olahraga nasional yang tertuang di dalam propenas, adalah sebagai berikut: Pertama, permasalahan dalam kaitannya dengan pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga. Masalah paling kritis dalam pembangunan olahraga nasional dewasa ini adalah ketidak mampuan seluruh instansi keolahragaan untuk melaksanakan upaya pembinaan yang berlandaskan pada sebuah sistem manajemen yang mantap, yang ditandai dengan adanya interkoneksitas dan keterpaduan segenap unsur terkait secara nasional. Selama ini, perumusan dan pelaksanaan kebbijakan olahraga bersifat semi-independen yang dilaksanakan melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai wakil pemerintah, dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), beserta induk-induk olahraga yang ada sebagai unsur masyarakat. Di sisi lain kinerja dari kedua institusi tersebut terbukti memang belum mampu mewujudkan adanya keserasran dalam penerapan kebijakan di bidang keolahragaan, yang pada akhirnya berujung pada lemahnya proses pembinaan dan tidak tercapainya target-terget yang diharapkan dalam pembinaan keolahragaan nasional. Sejalan dengan desentralisasi pembangunan, titik berat pelaksanaan pembangunan olahraga, tidak hanya bergeser dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi juga harus lebih mengarah pada pemberdayaan dan pembangkitan partisipasi masyarakat, sementara pemerintah lebih bergerak sebagai fasilitatordan motivator. Dengan semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan nasional yang harus dihadapi di bidang keolahragaan dewasa ini, tuntutan akan adanya pengembangan dan keserasian sistem manajemen kebijakan nasional dan keorganisasian, dalam arti luas, yang menyangkut perencanan, koordinasi, pendayagunaan sumber daya yang ada sampai pada evaluasinya, menjadi suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan. Kehadiran Direktorat Jenderal Olahraga diharapkan mampu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan pengembangan kebijakan dan keserasian dalam implementasi kebijakan olahraga tersebut. Kedua, permasalahan dalam kaitannya dengan pemasyarakatan olahraga dan kesegaran jasmani. Selama ini, masyarakat merupakan potensi utama dalam mendukung dan memacu peningkatan kemajuan olahraga nasional belum diberdayakan secara optimal. Dengan kondisi kesegaran jasmani masyarakat termasuk generasi muda hingga dewasa ini yang masih belum memadai seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu semakin didorong peransertanya dalam membangun kemandiran olahraga antara lain melalui perumusan kebijakan yang lebih mengarah pada upaya untuk memfasilitasi dan memotivasi masyarakat untuk lebih menghidupkan klub-klub olahraga prestasi, memantapkan gerakan olahraga massal, olahraga pendidikan (pendidikan jasmani) serta olahraga rekreasi. Upaya Melestarikan olahraga tradisional, pengelolaan olahraga khusus dan olahraga rehabilitasi. Kegiatan itu diharapkan dapat terselenggara atas dasar semangat swakelola dan swadana. Sementara itu, aspek ekonomi olahraga membutuhkan perhatian sejalan dengan pengembangan industri olahraga. Sinyalemen tentang derajat kesegaran jasmani yang rendah pada semua lapisan masyarakat merupakan masalah serius, karena berkaitan dengan pemeliharaan ketahanan pribadi, rendahnya produkti vitas, dan rendahnya derajat kesehatan dinamis yang dapat menjadi ancaman secara nasional. Ketiga, permasalahan dalam kaitannya dengan pemanduan bakat dan pembibitan olahraga. Berdasarkan ukuran-ukuran internasional, kinerja program pemanduan bakat dan pembibitan olahraga yang dilaksanakan di Indonesia masih kurang sistematis yang berbuah pada ketidak mampuan atlet-atlet Indonesia dalam cabang olahraga tertentu untuk mampu bersaing di tingkat internasional. Oleh sebab itu, perlu diciptakan model dan perencanaan program pamanduan bakat dan pembibitan yang lebih sistematis dan terpadu, guna mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan, melalui penerapan metoda yang tepat dengan memanfaatkan iptek olahraga. Selanjutnya bibit-bibit olahragawan berbakat yang berhasil diindetifikasi perlu dibina melalui pusat pembinaan seperti PPLP dan PPLM. Pada saat ini, secara keseluruhan, pembinaan olahraga masih bersifat sporadis dan kurang didasarkan pada orientasijangka panjang, suatu kondisi yang bertentangan dengan kenyataan, bahwa pencapaian prestasi olahraga memerlukan waktu cukup panjang antara 10-12 tahun untuk dapat mencapai puncak usia prestasi, sesuai dengan watak olahraga masing-masing. Keempat, permasalahan dalam kaitannya dengan prestasi olahraga. Permasalahan yang cukup serius dihadapi dalam masalah ini adalah lemahnya landasan pembinaan yang selama ini dilaksanakan lewat pendidikan jasmani, disertai dengan dukungan partisipasi masyarakat masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidikan jasmani perlu dikembangkan secara intentisif dan komprehensif dengan memperhatikan komponen kurikulum, guru, sarana dan prasarana. Sedangkan, proses pembinaan dengan model piramid yang berkesinambungan dari usia dini, yunior, hingga atlet senior, juga kurang terwujud misalnya Proyek Garuda Emas. Dengan mempertimbangkan permasalahan-permasalahan di atas, maka tantangan pembangunan olahraga untuk kurun waktu lima tahun kedepan adalah sebagai berikut: Pertama, dalam kaitannya dengan pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga, adalah bagaimana mengupayakan langkah-langkah untuk terciptanya sistem koordinasi antar unit terkait baik di tingkat pusat sampai tingkat daerah sehingga dapat mewujudkan adanya keserasian dalam perumusan kebijakan olahraga. Kedua, dalam kaitannya dengan pemasyarakatan olahraga dan kesegaran jasmani, adalah bagaimana mendorong partisipasi aktif masyarakat agar lebih peduli dengan kegiatan olahraga dan kemaslahatan yang diperoleh, seperti kondisi kesehatan paripurna, dan dampak pengiring lainnya seperti peningkatan produktif vitas. Kegiatan kesegaran jasmani melalui penerangan/penyuluhan yang sistematis dengan lebih menggelorakan panji olahraga yaitu "Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat". Selain itu, bagaimana meningkatkan dukungan masyarakat dalam pembinaan olahraga, terutama dalam kaitannya dengan penggalian sumber-sumber dana dari masyarakat secara legal dan transparan, sehingga kebutuhan akan sarana dan prasarana olahraga dapat dipenuhi.Ketiga, dalam kaitannya dengan pemanduan bakat dan pembibitan olahraga adalah bagaimana menciptakan suatu sistem pemanduan bakat dan pembibitan olahraga baik lewat jalur sekolah maupun lewat jalur prestasi olahraga dengan didukung oleh tenaga-tenaga yang profesional dan penanganan yang terpadu. Keempat, dalam kaitannya dengan prestasi olahraga adalah bagaimana meningkatkan daya saing Indonesia dalam event-event olahraga baik di tingkat regional dan internasional sehingga memberikan citra dan nama bangsa yang lebih baik di mata internasional. karena akhir-akhir ini olahraga kita terpuruk baik tingkat regional dan Internasional.
Baru sebagian masyarakat Indonesia yang menyadari olahraga sebagai sebuah kebutuhan. Kesadaran ini belum merata di semua lapisan masyarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan akan manfaat olahraga namun lebih karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan cara pandang tentang olahraga. Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olahraga terjadi akibat perubahan dalam gaya hidup. Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak. Banyak karyawan atau pekerja kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih suka menggunakan lift. Pada masa usia dini, "kenyamanan" pun secara tidak sadar ditanamkan. Alih-alih harus berjalan kaki, anak-anak berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan antar jemput.
Kedua, pergeseran gaya hidup pun memengaruhi masyarakat dalam memandang olahraga. Berolah raga kini tidak selalu dikaitkan dengan kompetisi dan prestasi, tetapi juga karena tujuan lain, terutama sebagai gaya hidup. Itulah sebabnya, klub-klub senam kebugaran, pengobatan, dan kemolekan tubuh marak di mana-mana dan lebih populer dibandingkan senam ritmik dan cabang prestasi lainnya.
Ketiga, pilihan jenis dan tujuan olah raga pun bergeser. Orientasi olahraga yang langsung atau tidak langsung bersifat ekonomi tumbuh semakin tajam. Orientasi ekonomi langsung, terlihat pada "perkawinan" antara olahraga dengan ekonomi. Olahraga pun kini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dalam dua dekade terakhir, ekonomi olahraga tumbuh dengan eskalasi makin besar. Kontribusi olahraga bagi pertumbuhan ekonomi tampak dalam pengembangan industri olahraga. Di negara maju olahraga sudah terindustrialisasi secara masif. Perubahan struktur ini juga diikuti dengan penanaman nilai-nilai profesionalisme secara ketat. Semakin besar nilai, kontrak, misalnya, semakin berat beban profesionalisme sang atlet.
Ternyata, industrialisasi olahraga pun mengalami globalisasi. Seperti juga di bidang lain di luar olahraga, globalisasi industri olahraga pun membuat bangsa kita tergagap. Kita tidak siap bersaing dan hanya menerima luberan pengaruh kultur olahraga pada skala global. Nilai profesionalisme pun mulai ditanamkan di kalangan atlet nasional, meski tidak utuh seperti yang berlaku pada masyarakat yang industri olahraganya sudah maju. Namun gejala umum berlaku dalam dunia olahraga kita adalah bahwa ternyata perubahan stuktur (seperti aturan transfer) tidak selalu diikuti kultur profesional. Itulah sebabnya, tawuran kerap terjadi pada ajang yang mengusung bendera profesionalisme.
Pengaruh olahraga terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olahraga telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan. Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan menurunkan biaya perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas kerja. Dalam konteks pembangunan Nasional, pembinaan olahraga diharapkan memberikan daya ungkit (leverage) bagi pencapaian target pembangunan masyarakat. Meski tidak langsung, daya ungkit olahraga bagi pencapaian Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Program Pemerintah Pusat 2010 diyakini akan signifikan.
Pencapaian visi dan misi pemerintah Pusat membutuhkan dukungan semua pihak. Pada sisi ini, derajat kesehatan aparatur dan masyarakat yang baik secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan kinerja dan kualitas penyelesaian tugas. Bagaimanapun peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Indonesia, pengembangan struktur perekonomian Nasioanl yang tangguh, dan pemantapan kinerja pemerintah daerah membutuhkan dukungan aparatur yang sehat. Demikian pula dengan peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya Nasional membutuhkan dukungan masyarakat yang sehat secara fisik dan mental.

Pemberdayaan masyarakat
Olahraga telah lama menjadi instrumen pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa. Peran ini bukan hanya diperlihatkan dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang terkesan heroik, tetapi juga diperlihatkan dalam berbagai even olahraga yang digelar sebelumnya. Kini, lingkungan strategis olahraga telah berubah. Tantangan yang dihadapi bangsa-bangsa bukan melepaskan diri dari belenggu kolonialisme, tetapi memacu persaingan dan mengejar kesetaraan dalam hubungan antarbangsa. Dalam lingkup global, terjadi peningkatan kesadaran akan saling ketergantungan antarbangsa melalui difusi kultur olahraga. Dalam konteks ini, permasalahan sistem keolahragaan nasional tidak terlepas dari tekanan politik, ekonomi, dan budaya global.
Kita tak akan bergeser dari komitmen lama untuk menempatkan olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian, olahraga ditempatkan bukan sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi ikut bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan. Keteguhan terhadap komitmen tersebut didukung oleh begitu banyak fakta dan pengalaman bahwa olahraga yang dikelola dan dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim bahwa olah raga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan yang seimbang antara material, mental, dan spiritual. Dari aspek sosial diakui bahwa olahraga merupakan sebuah aktivitas yang unik karena sangat potensial untuk memperkuat integrasi sosial. Secara bertahap dan bersusun dari unit kecil (misalnya, klub), komitmen emosional pada satu tujuan bersama dapat meningkat ke tingkat komunitas, masyarakat sebuah daerah hingga ke jenjang nasional. Itulah sebabnya olahraga, seperti yang sering kita alami dalam olahraga kompetitif, dipandang ampuh untuk membangun persatuan dan kesatuan nasional.
Sementara dalam skala nasional, perubahan paradigma pembangunan nasional ke arah desentralisasi diikuti pula perubahan dalam kebijakan pembinaan olahraga yang searah dengan demokratisasi dalam segala bidang. Pembinaan olahraga akan lebih banyak melibatkan partisipasi dan prakarsa masyarakat. Perubahan ini semestinya diikuti oleh pemberdayaan masyarakat di bidang olahraga.yang seperti tertuang dalam Undang-undang Keeolahragaan No 03 2005. Selaras dengan semangat zaman, derajat partisipasi masyarakat dalam pembangunan olahraga akan menentukan postur dan kemajuan pembangunan olahraga suatu daerah. Masyarakat bukan hanya perlu didorong dalam menjadikan olahraga sebagai kebutuhan, tetapi juga mengambil peran dalam memajukan olahraga daerah.
Pembangunan olahraga yang bertumpu pada peran serta masyarakat dulu telah dicoba dalam kemasan gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolah ragakan masyarakat. Gerakan ini memerlukan revitalisasi sehingga menjadi focal concern baru. Hal ini bukan tidak mungkin, karena tekanan hidup menuntut masyarakat mengubah pola hidup. Pilihan pola hidup sehat dapat menjadi solusi di saat krisis. Tentu saja kebijakan ini memerlukan instrumen pendukungnya. Pembangunan sarana prasarana olahraga selain harus memperhatikan sebaran demografis juga tidak melupakan kebutuhan penyediaan pelayanan olahraga bagi anggota masyarakat yang memiliki keterbatasan khusus. Pengembangan pelayanan olahraga untuk untuk kelompok khusus, terutama untuk orang cacat masih membutuhkan peningkatan dalam berbagai aspek. Untuk pembinaan kelompok khusus ini, kita masih kekurangan tenaga pembina yang kompeten maupun sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pembinaan.
Sedangkan dalam hal pembinaan olahraga prestasi perlu didukung peningkatan sarana prasaran olahraga dan sumberdaya manusia yang kompeten. Pembinaan olahraga prestasi diletakkan di atas landasan pendidikan jasmani dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pembinaan dilakukan dengan memperhatikan beberapa kecenderungan berikut. Pertama, introduksi dan penerapan teknologi olahraga untuk mendorong efisiensi pembinaan olahraga prestasi. Sayangnya industri olahraga dalam negeri baru sebatas memperoleh hak paten untuk memproduksi peralatan olahraga. Hal ini menunjukkan betapa tertinggalnya riset dan pengembangan dalam bidang keolahragaan, baik di perguruan tinggi maupun di lembaga riset swasta dan milik pemerintah.
Prioritas riset dan pengembangan bisa diletakkan dalam upaya reservasi jenis olah raga tradisional yang menjadi bagian dari pranata sosial budaya masyarakat namun mulai ditinggalkan pendukungnya. Selain itu, riset dan pengembangan pun perlu diarahkan pada penyediaan peralatan dan perlengakapan olaharaga sehingga tidak sepenuhnya bergantung kepada produk luar negeri yang mahal. Pemajuan aspek-aspek di atas membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya keterlibatan jajaran pemerintahan daerah, tetapi juga keterlibatan dan prakarsa para pengusaha, tokoh masyarakat, dan elemen lain. Sudah saatnya prestasi Nasioanl beranjak pada level yang lebih bergengsi. Hal ini bukan perkara yang absurd, mengingat potensi yang dimiliki masyarakat Indonesia lebih dari memadai. Bukan hanya potensi atlet, tetapi juga potensi dalam pembinaan. Karena itu, kata kunci keemajuan olahraga nasional adalah membangun sinergi, paheuyeuk-heuyeuk leungeun dalam menjadikan olahraga sebagai budaya masyarakat dan pembinaan olahraga prestasi Nasioanl.
Ancaman yang dibangkitkan oleh gaya hidup pasif, mendatangkan persoalan yang sangat merugikan kehidupan manusia dengan aneka bentuk penyakit degeneratif, penyakit kurang gerak. Obesitas, alias kegemukan, sudah menjadi sebuah masalah internasional dengan rangkaian akibat yang terkait langsung seperti terserang penyakit jantung koroner, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dan lain yang sejenis.
Olahraga dan kesehatan memiliki kaitan langsung dengan ekonomi. Kita dapat belajar dari pengalaman Australia. Di sana, kesehatan dan olahraga sudah mengakar. Setiap peningkatan partisipasi penduduk dalam berolah raga hingga 5% akan mengurangi anggaran perawatan kesehatan sebesar 439 juta dolar. Secara umum pernah diungkapkan oleh sebuah riset, bahwa investasi sebesar 1 dolar untuk aktivitas jasmani atau olahraga akan menghemat biaya perawatan kesehatan sebesar 3,2 dolar.
Dari aspek kejiwaan, olahraga atau aktivitas jasmani yang dilakukan hingga intensitas memadai, moderat, sangat efektif sebagai wahana untuk meningkatkan ketahanan terhadap stres dan menanggulangi depresi. Dari aspek ekonomi, data yang diperoleh misalnya dari Korea dan Australia menunjukkan prospek olahraga yang sangat positif untuk ikut serta meningkatkan ekonomi melalui beberapa segmen industri olah raga, di antaranya peralatan dan perlengkapan serta konstruksi fasilitas olahraga.
Melalui pendekatan pembelajaran keterampilan taktis misalnya, diketahui bahwa pendidikan jasmani dan olahraga efektif untuk membina keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Karena itu, para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa aktivitas jasmani atau olahraga sangat bermanfaat untuk memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Tentunya kita sepaham bahwa pendidikan jasmani merupakan peletak dasar untuk segala aspek meliputi fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional spiritual. Kecakapan berolahraga di sepanjang hayat untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, memerlukan pembekalan keterampilan sejak awal. Kita dapat menilai seberapa jauh kultur olahraga sudah berkembang di suatu masyarakat atau negara bergantung pada kebiasaan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani secara aktif. Dalam kaitan ini maka antara olahraga masyarakat (rekreasi), selalu ada interaksi dengan olahraga kompetitif-prestasi dalam suasana saling mendukung dan menunjang.
Dengan berdirinya Menpora sekarang ini, kegiatan utama yang perlu dilaksanakan ialah memperkuat kesisteman yang sudah dirintis dalam sejumlah wilayah kunci yang menjadi fokus pemecahan. Karena itu, sangat dibutuhkan sebuah dokumen yang kukuh tentang "Arah Strategis dan Manajemen Pembangunan Keolahragaan Nasional", yang kemudian berfungsi sebagai pemberi arah dan sekaligus sebagai alat untuk memantau perubahan dan perkembangan program.
Dalam pengembangan rencana strategis, perlu diperhatikan beberapa kaidah seperti prinsip inklusif yang menekankan keikutsertaan semua warga masyarakat melalui pemberian kesempatan dan akses untuk berolahraga. Perlu diupayakan lingkungan yang sehat dan aman, layanan yang mudah diperoleh, manajemen yang transparan, dan akuntabel serta penerapan sistem pengukuh berupa penghargaan dan penciptaan rasa aman di kalangan pelatih dan atlet.
Komitmen untuk melaksanakan dan menyepakati arah strategis pembangunan keolahragaan nasional itu diperkuat oleh komunikasi dan koordinasi, selain mesti terjamin sisi keberlanjutannya.
Berdasarkan paparan singkat itu sangat jelas bahwa subsistem pendidikan jasmani atau olahraga pelajar/mahasiswa tidak boleh terbengkalai pembinaannya dan termasuk ke dalam kebijakan umum. Olahraga masyarakat (rekreasi) merupakan kegiatan "penyedap" dan penggairah dalam rangka membangun kembali vitalitas hidup. Kegiatan itu ikut serta membangun sebuah mood kejiwaan yang sehat.
Sama sekali tak dapat diabaikan perkembangan dan trend olahraga kompetitif untuk berprestasi meskipun ada ayunan perubahan yang mengarah kepada perolehan keuntungan yang bersifat material; ada pergeseran dari amateur ke profesional, paling tidak di tubuh Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang dirintis semasa kepemimpinan Presiden IOC, Juan Antonio Samaranch.
Banyak negara, meski dengan jumlah penduduk sedikit, mampu berprestasi dalam olahraga, seperti yang diraih oleh Australia dalam Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. Jawabannya, sebagian karena faktor penentu berupa tingkat kepuasan hidup. Kemerosotan Rusia misalnya, lebih banyak karena keterbatasan dana untuk mengoperasionalkan sistem. Mereka bisa sekadar bertahan untuk memelihara sistem yang sudah mantap, tetapi sukar untuk mencapai hasil optimal karena faktor ekonomi.
Mungkin tanpa kita sadari, pada tataran lingkungan yang lebih luas ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap arah, isi dan bahkan cara mengelola olahraga. Sistem politik mempengaruhi model pembinaan dan institusi yang menanganinya. Sistem ekonomi memengaruhi struktur pembiayaan yang terkait dengan kemampuan kita mempertahankan kesinambungan sistem. Struktur pendidikan memengaruhi seberapa banyak peluang dan keterlaksanaan pendidikan jasmani yang menjadi dasar bagi perkembangan olahraga.
Jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah anak dan kaum muda sebagai calon olahragawan sehingga penduduk yang besar seperti di Indonesia merupakan sebuah aset yang luar biasa nilainya. Jadi dibutuhkan upaya, seiring dengan pendidikan, untuk mengubah faktor penduduk bukan sebagai beban tetapi sebagai modal. Tanpa aspirasi yang kental terhadap olahraga, maka suatu daerah sulit berkembang dalam olahraga. Seberapa efektif mekanisme penelusuran dan promosi bakat telah dilaksanakan yang berarti kegiatan di klub usia dini dan olahraga di sekolahan merupakan tempat menyemai bibit-bibit. Komponen itu akan berkembang subur bila didukung oleh komponen pelatihan yang semakin membaik, seperti halnya struktur kompetisi yang semakin kuat ditinjau dari volume atau kekerapan pelaksanaan, termasuk kualitasnya.
Namun demikian, unsur pelatih termasuk kualifikasinya sangat menentukan. Pelatihan yang berbasis pengetahuan dan teknologi merupakan alternatif yang tak bisa ditawar-tawar. Adalah sebuah mimpi untuk tetap mempertahankan hegemoni (misalnya di kawasan ASEAN) atau menerobos prestasi olimpiade tanpa pelatih yang andal dan dukungan lab beserta para ahli pendukung terkait seperti biomekanika dan psikologi olah raga, selain aspek sport medicine.
Dari sisi struktur venues atau sarana dan prasarana olahraga, kita di Indonesia sangat lemah baik dari sisi jumlah maupun mutu, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dikembangkan standar pelatihan bermutu tinggi. Untuk bisa bersaing di tingkat internasional, sudah tak mungkin lagi pelatihan dilakukan secara sambil lalu atau paruh waktu. Model-model pelatihan mutakhir menuntut volume pelatihan yang besar dan penempatan pelatihan secara terpadu.
Atas dasar alasan inilah, Australia memiliki 8 sentra pelatihan, Spanyol 31, Prancis 21 dan AS yang berbasis pada sekolah dan universitas mendirikan "Olympic Training Camp" di Colorado.
Kita di Indonesia merintis pendirian sentra ini seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) sebanyak 93 buah dan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) sebanyak 15 buah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Embrio dari pusat pelatihan daerah (PPLD) yang idealnya ada di setiap provinsi, juga masih memerlukan pembenahan. Konsep dasarnya ialah bagaimana mengintegrasi kegiatan pelatihan dan pendidikan secara serasi yang didukung oleh logistik.
Menyedihkan sekali nasib mantan atlit ini yakni Abdul Madjid, sprinter 100 meter dan 200 meter pada tahun 1960-an asal Kalimantan Selatan,Ubannya memutih dan bentuk tubuhnya sudah berubah, bertambah gemuk. Dalam usianya sudah mencapai 60 tahun, ia belum berkeluarga dan masih tinggal di rumah kontrakan. Untuk mencari nafkah ia menjual tenaganya sebagai buruh di Pelabuhan Tri Sakti. Masih banyak Madjid lainnya yang senasib. Tata latar inilah yang mendorong Ditjen Olahraga pada dua tahun terakhir ini mengembangkan sistem penghargaan dalam bentuk program konseling karier atlet. Di Australia disebut program Pendidikan Karier Atlet (PKA). Motonya: Kita tak mampu memberi ikannya, tetapi hanya dapat memberi kailnya.
Itulah masalah yang masih tersisa dan tak akan pernah tuntas penyelesaiannya karena selalu terjadi perubahan dinamis. Saya berdoa Pak Menteri Pemuda dan Olahraga diberi kekuatan untuk mengatasi masalah olahraga yang justru dapat mendatangkan maslahat bagi bangsa. Kita perlu memberikan dukungan yang tulus kepadanya beserta jajarannya***
* Di sari dari berbagai sumber
** Sekretaris Wadokai Provinsi Gorontalo

wadokai Gorontalo Peduli Lingkungan

sekitar 200 karate wadokai Gorontalo bersama dengan yayasan 23 Januari, mengadakan penanaman pohon lindung yang dilaksanakan kemarin sabtu 2 Pebruari 2008, bertempat dikompleks SMP 3 kota Gorontalo, menurut Ir Aleks Olii M.Sc, bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk membina karateka untuk peka terhadap keadaan sosial seperti ini, dan lebih mendekatkan karateka kepada alam sekitar. yang saat ini,khusus di kota Gorontalo, sudah parah lingkungan sekitar yang meyebabkan tiap hujan kota Gorontalo selalu mengalami banjir. dan bukan ini saja wadokai gorontalo akan melaksanakan kegiatan seperti ini, tidak lama wadokai Gorontalo akan mengadakan penyuluhan Anti Narkoba dan Seks bebas di kalangan remaja. acara rencananya akan dihadiri oleh semua ranting wadokai yang ada dikota Gorontalo, serta siswa2 SMP dan SMA

Agenda Kejuaraan Nasional

Kejuaraan Maesa Cup

Pengurus Besar POR MAESA - OICO Karate kembali menyelenggarakan Kejuaraan Karate Terbuka Nasional Senior & Cadet “MAESA CUP X TAHUN 2008″. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 9-11 Mei 2008 bertempat di GOR Jakarta Timur (Alternatif 1) dan GOR Bulungan Jakarta Selatan (Alternatif 2). Tidak tanggung-tanggung, hadiah dan penghargaan bagi Juara I, II dan III akan memperoleh penghargaan dari Panitia berupa Medali, Piagam dan Uang. Adapun kelas-kelas yang akan dipertandingkan adalah :
SENIORKumite Putra kelas -55, -60, -65, -70, -75, -80, +80, Bebas, Kata Beregu, Kata Perorangan.Kumite Putri kelas -48, -53, -60 +60, Bebas, Kata Beregu, Kata Perorangan.
KADET (16 th s/d 17 th) Terhitung s/d 31 Mei 2008Kumite Putra kelas -55, -60, -65, -70, -75, +75, Kata Beregu, Kata Perorangan.Kumite Putri kelas -51, -57, +57, Kata Beregu, Kata Perorangan.
Biaya Pendaftaran sebesar Rp 50.000,- per orang dan Rp 75.000,- / tim.

Kejuaraan Kalijaga Cup

INKAI Cabang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali mengadakan Kejuaraan Karate Yunior Senior (KKYS) untuk ke enam kalinya. Kegiatan rutin ini akan diadakan pada tanggal 7-9 Maret 2008 bertempat di Gedung Multi Perpose UIN Sunan Kalijaga. Kegiatan yang bertemakan “Kejuaraan Karate sebagai wahana membina generasi bangsa yang sehat, bermoral dan berprestasi” ini mengundang seluruh perguruan karate anggota FORKI untuk berpartisipasi baik atas nama Pengurus Daerah, Dojo, ataupun instansi pemerintah atau swasta di Indonesia.
Adapun kegiatan ini secara rinci adalah :PendaftaranHari / Tanggal : 15 Februari - 5 Maret 2008Waktu : 08.00 - 15.00Tempat : Sekretariat Panpel, gedung student centre lt 1 no 1.04, UIN Sunan Kalijaga(Konfirmasi paling lambat 5 Maret 2008, lewat surat, sms, telpon atau e-mail panitia)
PenimbanganHari / Tanggal : Selasa - Rabu, 4-5 Maret 2008Waktu : 08.00-15.00Tempat : Sekretariat Panpel, gedung Student Center Lt 1 no 1.04, UIN Sunan Kalijaga
Tehcnical MeetingHari / Tanggal : Rabu, 5 Maret 2008Waktu : 18.00Tempat : Sekretariat Panpel, gedung Student Center Lt 1 no 1.04
Pelaksanan PertandinganHari / Tanggal : 7-9 Maret 2008Waktu : 08.00-SelesaiTempat : Gedung Multi Perpose UIN Sunan Kalijaga
Persyaratan Pendaftaran
1. Setiap kontingen/peserta wajib mengisi formulir pendaftaran
2. Pas foto terbaru ukuran 3×4 berwarna sebanyak 3 lembar
3. Menyerahkan foto copy akta kelahiran kecuali senior
4. Surat keterangan sehat dari dokter5. Membayar uang pendaftaranPerorangan = Rp 50.000,-Beregu = Rp 75.000,-Kontingen = Rp 100.000,-
Untuk info lebih lanjut hubungi panitia :
CP : (0274) 6812084 HP : 08157982478 Fax : (0274) 586117email : uinsuka_kkysn6@yahoo.com
Sumber : dasrilkarate.com

Jumat, 21 Maret 2008

Tampilan baru kami

sehubungan dengan adanya Hakker, yang menganggu tampilan dan Fostingan dari wadokaigorontalo untuk memberikan informasi seputar perkembangan pembinaan olahraga karate Gorontalo dan Nasional, oleh karena itu kami pihak pengelolah Blog ini mengambil keputusan untuk men-cut, postingan-postingan yang lama, tetapi tetap kami tampilkan, untuk kepentingan kejayaan karate Gorontalo.